Rabu, 27 September 2017

[Tugas 1] Perusahaan Traveloka

Tulisan blog ini penulis tujukan untuk mengupas sejarah dari perusahaan ternama Traveloka dan guna menyelesaikan Tugas Softskill 1.

SEJARAH TRAVELOKA

Berkecimpung di dunia bisnis yang bernafaskan cashless society memang menjanjikan potensi crowded besarHal inilah yang telah lama dibidik oleh Ferry Unardi, seorang young entrepreneur jebolan Purdue University, yang juga sempat menjajal atmosfer kerja di Microsoft. Melalui Traveloka, sebuah penyedia layanan tiket pesawat online, Ferry pelan – pelan membangun sistem e-commerce perusahaannya, dengan berbekal pengetahuan serta pengalamannya selama mendulang ilmu di Amerika.

Ferry Unardi lahir di Padang 16 January 1988. Setelah lulus SMA melanjutkan kuliah ke Amerika tepatnya di Purdue University. Ferry mengambil program Computer Science and Engineering dan lulus pada tahun 2008. Setelah lulus Ferry sempat bekerja di perusahaan Microsoft di kota Seattle, di mana saat itu dia bekerja sebagai Software Engineer kurang lebih selama 3 tahun. Setelah itu Ferry melanjutkan jenjang master (MBA) di Harvard Business School selama 1 semester.

Ferry mengajak temannya, orang Indonesia juga yang kebetulan pernah satu kantor di Microsoft, yakni Derianto Kusuma dan Albert untuk menggarap bisnis ini, yang kemudian kami namakan Traveloka. Kemudian setelah beberapa lama dilaunch, dapat menghire beberapa rekan kerja lagi. Awalnya pada saat itu hanya sekitar 20 – 30 orang saja, namun seiring dengan berkembangnya traffic hingga saat ini Traveloka telah mempekerjakan sekitar 100 orang, termasuk itu marketing, IT, finance, human resource, dll.

Traveloka adalah e-commerce di bidang agency tiket pesawat. Latar belakang mengapa Ferry memilih bidang ini adalah karena selama 8 tahun Ferry di Amerika, terbang dari Amerika ke Indonesia itu sudah jadi bagian dari aktivitasnya. Oleh karena itu Ferry sering bersinggungan dengan urusan tiket pesawat. Sayangnya, pada saat itu Ferry sering mengalami kesulitan dalam mencari tiket pesawat yang sesuai dengan keinginannya. Sebaga contoh, dari Indianapolis mau ke Padang, itu susah sekali. Ferry cuma bisa dapat tiket untuk ke Jakarta. Tetapi untuk ke Padang, dia harus beli tiket dulu di Jakarta. Itu pertama. Yang kedua, ketika Ferry mencari tiket pesawat di Indonesia lewat website - website penyedia layanan tiket pesawat, dia sering mengalami putus informasi. Artinya sampai terjadi deal itu sangat sulit, baik karena websitenya yang tiba - tiba error, atau tidak ada follow up lebih lanjut dari agennya. Dengan masalah itu, Ferry melihat ada sebuah peluang emas jika dia bisa mengolah sistem ini dengan lebih baik. Artinya dia kuatkan dari segi websitenya mulai dari maintenance, layout, dan fitur – fiturnya. Ditambah lagi menguatkan juga di segi layanannya, lalu buka customer officer selama 24 jam.

Pada saat itu, Ferry bersama kedua rekannya mulai sepakat untuk menggarap bisnis ini pada Maret 2012. Tapi launching secara resminya sendiri baru ada di bulan oktober 2012. Bisa dibilang selama 6 bulan itu mereka baru menyiapkan core businessnya.

Kebetulan, karena background Ferry adalah engineer, dan rekannya juga engineer, sehingga sangat pas buat mengembangkan sistemnya, mulai dari analisis e-commercenya, sistem enterprisenya, coding dan sebagainya. Totally, mereka sangat mengadalkan skill, tidak ada investor / perusahan yg pada saat itu bantu. Mereka membuat programnya dari scratch, dan setelah 6 bulan baru mereka buka (public beta).

Untuk pasar pada saat itu mereka sangat optimis bisa masuk. Soalnya berdasarkan pengalaman pribadi hampir tidak ada website yang menyediakan layanan penerbangan dengan lengkap dan metode pembayaran yang trustworthed juga belum banyak. Ditambah lagi, untuk pusat informasi interaktif 24 jam dimana jika ada konsumen yang ingin bertanya seputar informasi penerbangan, dan bisa disupport oleh bagian customer servicenya, itu juga belum banyak.

Ferry dan rekannya melihat ini sebuah potensi yang bagus dengan menggabungkan faktor – faktor tersebut. Mereka juga memiliki pengalaman di bidang teknologi, jadi artinya apabila dalam menjalankan sistem ini ada error, mereka bisa langsung tahu. Inilah yang mungkin tidak dimiliki company lain.

100% transaksi pada Traveloka menggunakan e-payment, baik itu lewat transfer via bank, atau via kartu kredit. Disini pastinya Ferry dan rekannya mengikuti undang – undang ITE dimana security adalah prioritas utama mereka, dan mereka memastikan bahwa transaksi ini benar – benar secure.

Untuk mekanisme pembayarannya seperti pada umumnya, mereka sajikan fitur booking online lengkap dengan prosedur serta petunjuk buat para calon pembeli. Mulai dari persetujuan, entry data, serta validasi pembayaran, semua lengkap disajikan dalam website tersebut. Hanya saja mereka berikan limit kepada para calon pembeli yang sudah menentukan pilihannya, untuk segera transfer dalam kurun waktu tertentu.

Jika disinggung soal cyber crime, Ferry dan rekannya menekankan itu adalah hal yang sia – sia. Namun bagi mereka, kembalikan lagi untuk apa melakukan hal yang justru merugikan mereka, lagi pula aturannya juga sudah sangat ketat, ditambah lagi itu bisa merusak trust di kalangan konsumen. Jika pun itu terjadi sayang sekali bisnis yang sudah mereka angkat selama dua tahun dan leading di Google Search Engine tiba – tiba ditutup.

Dengan kata lain, manajemen mereka menekankan untuk tidak memiliki wewenang sedikitpun mengetahui data – data kritikal para konsumen, kecuali nama, alamat, tanggal lahir karena itu memang perlu untuk konfirmasi ke pihak maskapainya.

Adapun tantangan pada bisnis Traveloka sendiri terletak pada perubahan harga tiket pesawat yang terjadi antara satu hari ke hari yang lain. Artinya hari ini beli harganya sekian, besok bisa jadi lebih mahal atau lebih murah. Oleh karena itu dalam sistemnya, setiap pengunjung yang sudah setuju dengan tiket yang akan mereka beli, kita berikan waktu untuk transaksi. Setelah proses transfer selesai, tim CSO kita akan memverifikasi mereka beberapa data, seperti nama, tgl lahir, alamat, dan kode validasi, untuk kemudian dilanjutkan transaksi ke maskapainya. Hal ini harus dilakukan maksimal 30 menit. Karena jika lebih dari itu, khawatirnya harga tiket sudah berubah.

Memang awalnya bisa dibilang tidak ada metode secara langsung untuk meyakinkan konsumen agar transaksi ke Traveloka. Yang perusahaan lakukan adalah mengejar traffic. Artinya mereka maksimalkan dulu kualitas websitenya, mulai dari layoutnya, fiturnya, hingga informasinya. Kemudian mereka juga mainkan SEO, di mana untuk beberapa kata kunci penting seperti 'Tiket Pesawat Murah' , 'tiket pesawat', dan 'agen tiket pesawat' mereka harus leading.

Nantinya setelah semakin banyak pengunjung yang mampir, semakin banyak pula peluang orang – orang yang jadi transaksi dengan mereka. Kemudian kembali lagi ke security tadi, perusahaan memastikan transaksi ini berhasil dan konsumen dapat terbang sesuai dengan keinginannya. Akhirnya ada kesan positif yang bisa konsumen tinggalkan untuk mereka. Katakanlah untuk penerbangan berikutnya konsumen transaksi lewat Traveloka atau jika ada teman yang ingin terbang konsumen akan rekomendasikan Traveloka.

Asumsi persentase pengunjung yang jadi transaksi persentasenya 2 - 5% per hari. Untuk saat ini perusahaan sudah memiliki rata – rata pengunjung berada di kisaran 20 ribuan per hari. Itu bisa dicek di alexa.com. Untuk profit sendiri, maskapai memberikan share profitnya ke perusahaan sebesar 5% dari total tiket pesawat.

Awal launching, sama sekali tidak ada maskapai yang bekerja sama dengan Traveloka. Perusahaan hanya menjual seperti tangan ke dua saja atau reseller, tanpa ada komisi yang maskapai berikan. Namun seiring dengan kemajuan traffic website Traveloka, maskapai - maskapai tersebut mulai melirik, kemudian akhirnya mereka bekerja sama dengan perusahaan, di mana setiap transaksi perusahaan diberikan share profit sebesar 5%. Dan tentu saja simbiosis mutualisme. 

Saat ini pemasaran, perusahaan mengandalkan social network, yaitu website dan juga twitter dan untuk ke depannya perusahaan juga bakal coba masuk ke televisi (sudah terlaksana).

Ekspektasi ke depan tentu akan banyak maskapai yang bekerja sama dengan Traveloka. Tidak hanya lokal, tapi juga internasional, dalam skala yang luas lagi seperti Eropa, Timur Tengah, Amerika, Australia. Kemudian  akan coba merambah ke pariwisata seperti hotel atau biro perjalanan (sudah terlaksana).

Sumber : https://swa.co.id/swa/headline/ferry-unardi-mengibarkan-traveloka-dari-titik-nol


Tidak ada komentar:

Posting Komentar