Rabu, 29 April 2015

Manusia dan Cinta Kasih

1.      Cinta Kasih

Cinta kasih merupakan 2 kata berbeda makna. Cinta merupakan perasaan mendalam dan khusus yang dimiliki oleh seseorang. Biasanya cinta ditujukan kepada seseorang atau beberapa orang yang memiliki hubungan atau ikatan khusus seperti orangtua, suami, anak, ataupun kerabat dekat. Dalam konteks ini, cinta bukan hanya perasaan mendalam terhadap kerabat dekat akan tetapi memiliki perasaan memiliki dan mendalam terhadap sesama manusia. Sementara kasih adalah sebua perwujudan sikap. Mengasihi berarti menyayangi, memberi tanpa pamrih, menolong, memaafkan, dan lain sebagainya. Atau bisa dikatakan bahwa kasih merupakan sebuah sikap baik dan postif terhadap sesama manusia atau makhluk hidup lainnya.
Jadi dapat dikatakan bahwa cinta kasih merupakan perasaan mendalam terhadap sesama manusia dan diwujudkan dalam sebuah sikap dan tingkah laku nyata. Apabila cinta kasih ditanamkan dalam kehidupan sehari-hari oleh setiap orang maka pasti kehidupan sosial ditengah masyarakat akan rukun, tertip, aman, nyaman, dan sejahtera.

2.      Cinta Kasih Menurut Agama

Dalam konteks ini penulis akan membahas apa itu cinta kasih berdasarkan agama Kristen. Seperti yang terdapat dalam 1 Korintus 13:4-7. Firman yang terdapat dalam ayat itu berbunyi : “4. Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. 5. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. 6. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi ia bersukacita karena kebenaran. 7. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.”
Maksud dari ayat 4 yaitu cinta kasih itu merupakan perwujudan sikap yang mana manusia hidup dengan sabar dalam menghadapi hidup dan permasalahan, murah hati atau suka menolong, dan tidak cemburu atau iri hati. manusia yang menanamkan cinta kasih dalam hidupnya juga tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Dalam ayat 5 maksudnya adalah manusia yang menanamkan cinta kasih harus baik dan sopan dalam tingkah laku serta bertutur kata. Manusia juga tidak boleh egois atau hanya memikirkan keuntungan sendiri saja. Manusia yang menanamkan cinta kasih juga sabar dalam hal ini dapat mengendalikan amarah. Dan manusia juga tidak boleh menyimpan dendam atau mengingat kesalahan orang lain terhadap dirinya. Dalam hal ini, manusia yang menanamkan cinta kasih diajak untuk mengampuni yang bersalah kepadanya.

Maksud dari ayat 6 adalah manusia yang menanamkan cinta kasih harus adil tentang apapun terlebih kepada sesame manusia. Dan manusia tidak boleh senang atau bersukacita karena ketidakadilan terhadap orang lain. Namun baiklah manusia untuk bersukacita karena kebenaran yang terjadi dalam hidupnya dan antar sesame. Maksud dari ayat 7 adalah manusia yang hidup dalam kasih juga haruslah menutupi kekurangan oranglain atau tidak menceritakan keburukan seseorang kepada orang lain. Manusia yang menanamkan kasih juga harus percaya kepada segala sesuatu atau tidak menduga-duga sesuatu dan percaya tentang hal tersebut apabila kebenarannya belum terbukti. Manusia yang hidup dalam kasih juga tidak boleh berputus asa atau hilang pengharapan. Karena pada Tuhan tidak ada yang mustahil. Manusia yang hidup dalam cinta kasih juga haruslah kiranya sabar dalam menghadapi segala sesuatu tantangan dalam hidupnya.


3. Pengaplikasian contoh Manusia dan Cinta Kasih

Kisah Bunda Teresa
Pada tanggal 10 September 1946, Teresa mengalami "panggilan" saat bepergian dengan kereta api ke biara Loreto di Darjeeling dari Kalkuta untuk retret tahunannya. Pada saat itu juga, Ia mendengar kata "saya haus". "Saya meninggalkan biara dan membantu orang miskin sewaktu tinggal bersama mereka. Ini adalah sebuah perintah. Kegagalan akan mematahkan iman.".
Dia memulai pekerjaan misionarisnya bersama orang miskin pada 8 Desember 1948, meninggalkan jubah tradisional Loreto dengan sari katun sederhana berwarna putih dihiasi dengan pinggiran biru. Bunda Teresa mengadopsi kewarganegaraan India, menghabiskan beberapa bulan di Patna untuk menerima pelatihan dasar medis di Rumah Sakit Keluarga Kudus dan kemudian memberanikan diri ke daerah kumuh. Ia mengawali sebuah sekolah di Motijhil (Kalkuta); kemudian ia segera membantu orang miskin dan kelaparan. Pada awal tahun 1949, ia bergabung dalam usahanya dengan sekelompok perempuan muda dan meletakkan dasar untuk menciptakan sebuah komunitas religius baru untuk membantu orang-orang "termiskin di antara kaum miskin". Usahanya dengan cepat menarik perhatian para pejabat India, termasuk perdana menteri yang menyampaikan apresiasinya.
Teresa menulis dalam buku hariannya bahwa tahun pertamanya penuh dengan kesulitan. Ia tidak memiliki penghasilan dan harus memohon makanan dan persediaan. Teresa mengalami keraguan, kesepian dan godaan untuk kembali dalam kenyamanan kehidupan biara. Ia menulis dalam buku hariannya:
“Tuhan ingin saya masuk dalam kemelaratan. Hari ini saya mendapat pelajaran yang baik. Kemelaratan para orang miskin pastilah sangat keras. Ketika saya mencari tempat tinggal, saya berjalan dan terus berjalan sampai lengan dan kaki saya sakit. Saya bayangkan bagaimana mereka sakit jiwa dan raga, mencari tempat tinggal, makanan dan kesehatan. Kemudian kenikmatan Loreto datang pada saya. ‘Kamu hanya perlu mengatakan dan semuanya akan menjadi milikmu lagi,’ kata sang penggoda... Sebuah pilihan bebas, Tuhanku, cintaku untukmu, aku ingin tetap bertahan dan melakukan segala keinginan-Mu merupakan kehormatan bagiku. Aku tidak akan membiarkan satu tetes air mata jatuh karenanya.”.
Bunda Teresa mendapatkan izin Vatikan pada 7 Oktober 1950 untuk memulai kongregasi keuskupan, yang kemudian menjadi Misionaris Cinta Kasih dan pada tanggalMisinya adalah untuk merawat "yang lapar, telanjang, tunawisma, orang cacat, orang buta, penderita kusta, semua orang yang merasa tidak diinginkan, tidak dicintai, tidak diperhatikan seluruh masyarakat, orang yang telah menjadi beban bagi masyarakat dan dihindari oleh semua orang."
Kongregasi ini dimulai dengan 13 orang anggota di Kalkuta, kini telah lebih dari 4.000 suster menjalankan panti asuhan, rumah bagi penderita AIDS dan pusat amal di seluruh dunia, dan merawat para pengungsi, pecandu alkohol, orang buta, cacat, tua, orang miskin dan tunawisma, korban banjir, dan wabah kelaparan.
Pada tahun 1952, Bunda Teresa membuka Home for the Dying pertama diatas lahan yang disediakan oleh kota Kalkuta. Dengan bantuan pejabat India, ia mengubah sebuah kuil Hindu yang ditinggalkan menjadi Kalighat Home for the Dying, sebuah rumah sakit gratis untuk orang miskin. Mereka yang dibawa ke rumah tersebut menerima perhatian medis dan diberikan kesempatan untuk meninggal dalam kemuliaan, menurut ritual keyakinan mereka; Muslim membaca Al-Quran, Hindu menerima air dari sungai Gangga, dan Katolik menerima Ritus Terakhir. "Sebuah kematian yang indah," katanya, "adalah untuk orang-orang yang hidup seperti binatang, mati seperti malaikat - dicintai dan diinginkan."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar