1. Cinta
Kasih
Cinta kasih merupakan 2
kata berbeda makna. Cinta merupakan perasaan mendalam dan khusus yang dimiliki
oleh seseorang. Biasanya cinta ditujukan kepada seseorang atau beberapa orang
yang memiliki hubungan atau ikatan khusus seperti orangtua, suami, anak,
ataupun kerabat dekat. Dalam konteks ini, cinta bukan hanya perasaan mendalam
terhadap kerabat dekat akan tetapi memiliki perasaan memiliki dan mendalam
terhadap sesama manusia. Sementara kasih adalah sebua perwujudan sikap. Mengasihi
berarti menyayangi, memberi tanpa pamrih, menolong, memaafkan, dan lain
sebagainya. Atau bisa dikatakan bahwa kasih merupakan sebuah sikap baik dan
postif terhadap sesama manusia atau makhluk hidup lainnya.
Jadi dapat dikatakan
bahwa cinta kasih merupakan perasaan mendalam terhadap sesama manusia dan
diwujudkan dalam sebuah sikap dan tingkah laku nyata. Apabila cinta kasih
ditanamkan dalam kehidupan sehari-hari oleh setiap orang maka pasti kehidupan
sosial ditengah masyarakat akan rukun, tertip, aman, nyaman, dan sejahtera.
2.
Cinta Kasih Menurut Agama
Dalam konteks ini
penulis akan membahas apa itu cinta kasih berdasarkan agama Kristen. Seperti yang
terdapat dalam 1 Korintus 13:4-7. Firman yang terdapat dalam ayat itu berbunyi
: “4. Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak
memegahkan diri dan tidak sombong. 5. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan
tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan
kesalahan orang lain. 6. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi ia
bersukacita karena kebenaran. 7. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala
sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.”
Maksud dari ayat 4
yaitu cinta kasih itu merupakan perwujudan sikap yang mana manusia hidup dengan
sabar dalam menghadapi hidup dan permasalahan, murah hati atau suka menolong,
dan tidak cemburu atau iri hati. manusia yang menanamkan cinta kasih dalam
hidupnya juga tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Dalam ayat 5 maksudnya
adalah manusia yang menanamkan cinta kasih harus baik dan sopan dalam tingkah
laku serta bertutur kata. Manusia juga tidak boleh egois atau hanya memikirkan
keuntungan sendiri saja. Manusia yang menanamkan cinta kasih juga sabar dalam
hal ini dapat mengendalikan amarah. Dan manusia juga tidak boleh menyimpan
dendam atau mengingat kesalahan orang lain terhadap dirinya. Dalam hal ini,
manusia yang menanamkan cinta kasih diajak untuk mengampuni yang bersalah
kepadanya.
Maksud dari ayat 6 adalah
manusia yang menanamkan cinta kasih harus adil tentang apapun terlebih kepada sesame
manusia. Dan manusia tidak boleh senang atau bersukacita karena ketidakadilan
terhadap orang lain. Namun baiklah manusia untuk bersukacita karena kebenaran
yang terjadi dalam hidupnya dan antar sesame. Maksud dari ayat 7 adalah manusia
yang hidup dalam kasih juga haruslah menutupi kekurangan oranglain atau tidak
menceritakan keburukan seseorang kepada orang lain. Manusia yang menanamkan
kasih juga harus percaya kepada segala sesuatu atau tidak menduga-duga sesuatu
dan percaya tentang hal tersebut apabila kebenarannya belum terbukti. Manusia yang
hidup dalam kasih juga tidak boleh berputus asa atau hilang pengharapan. Karena
pada Tuhan tidak ada yang mustahil. Manusia yang hidup dalam cinta kasih juga
haruslah kiranya sabar dalam menghadapi segala sesuatu tantangan dalam hidupnya.
Kisah Bunda Teresa
Pada tanggal 10 September 1946, Teresa mengalami
"panggilan" saat bepergian dengan kereta api ke biara Loreto di Darjeeling dari Kalkuta untuk retret tahunannya. Pada saat itu juga, Ia mendengar kata
"saya haus". "Saya meninggalkan biara dan membantu orang miskin
sewaktu tinggal bersama mereka. Ini adalah sebuah perintah. Kegagalan akan
mematahkan iman.".
Dia memulai pekerjaan misionarisnya bersama orang miskin pada
8 Desember 1948, meninggalkan jubah tradisional Loreto dengan sari katun sederhana berwarna putih dihiasi dengan
pinggiran biru. Bunda Teresa mengadopsi kewarganegaraan India, menghabiskan
beberapa bulan di Patna untuk
menerima pelatihan dasar medis di Rumah Sakit Keluarga Kudus dan
kemudian memberanikan diri ke daerah kumuh. Ia mengawali sebuah sekolah di Motijhil
(Kalkuta); kemudian ia segera membantu orang miskin dan kelaparan. Pada
awal tahun 1949, ia bergabung dalam usahanya dengan sekelompok perempuan muda
dan meletakkan dasar untuk menciptakan sebuah komunitas religius baru untuk
membantu orang-orang "termiskin di antara kaum miskin". Usahanya
dengan cepat menarik perhatian para pejabat India, termasuk perdana menteri
yang menyampaikan apresiasinya.
Teresa menulis dalam buku hariannya
bahwa tahun pertamanya penuh dengan kesulitan. Ia tidak memiliki penghasilan
dan harus memohon makanan dan persediaan. Teresa mengalami keraguan, kesepian
dan godaan untuk kembali dalam kenyamanan kehidupan biara. Ia menulis dalam
buku hariannya:
“Tuhan ingin saya masuk dalam
kemelaratan. Hari ini saya mendapat pelajaran yang baik. Kemelaratan para orang
miskin pastilah sangat keras. Ketika saya mencari tempat tinggal, saya berjalan
dan terus berjalan sampai lengan dan kaki saya sakit. Saya bayangkan bagaimana
mereka sakit jiwa dan raga, mencari tempat tinggal, makanan dan kesehatan.
Kemudian kenikmatan Loreto datang pada saya. ‘Kamu hanya perlu mengatakan dan
semuanya akan menjadi milikmu lagi,’ kata sang penggoda... Sebuah pilihan
bebas, Tuhanku, cintaku untukmu, aku ingin tetap bertahan dan melakukan segala
keinginan-Mu merupakan kehormatan bagiku. Aku tidak akan membiarkan satu tetes
air mata jatuh karenanya.”.
Bunda Teresa
mendapatkan izin Vatikan pada 7 Oktober 1950 untuk memulai
kongregasi keuskupan, yang kemudian menjadi Misionaris Cinta Kasih dan pada
tanggal. Misinya adalah untuk
merawat "yang lapar, telanjang, tunawisma, orang cacat, orang buta,
penderita kusta, semua orang yang merasa tidak diinginkan, tidak dicintai,
tidak diperhatikan seluruh masyarakat, orang yang telah menjadi beban bagi
masyarakat dan dihindari oleh semua orang."
Kongregasi
ini dimulai dengan 13 orang anggota di Kalkuta, kini telah lebih dari 4.000
suster menjalankan panti asuhan, rumah bagi penderita AIDS dan pusat amal di
seluruh dunia, dan merawat para pengungsi, pecandu alkohol, orang buta, cacat,
tua, orang miskin dan tunawisma, korban banjir, dan wabah kelaparan.
Pada tahun 1952, Bunda Teresa membuka Home for the Dying pertama diatas lahan yang disediakan oleh kota Kalkuta. Dengan bantuan pejabat India, ia mengubah sebuah kuil Hindu yang ditinggalkan menjadi Kalighat Home for the Dying, sebuah rumah sakit gratis untuk orang miskin. Mereka yang dibawa ke rumah tersebut menerima perhatian medis dan diberikan kesempatan untuk meninggal dalam kemuliaan, menurut ritual keyakinan mereka; Muslim membaca Al-Quran, Hindu menerima air dari sungai Gangga, dan Katolik menerima Ritus Terakhir. "Sebuah kematian yang indah," katanya, "adalah untuk orang-orang yang hidup seperti binatang, mati seperti malaikat - dicintai dan diinginkan."
Pada tahun 1952, Bunda Teresa membuka Home for the Dying pertama diatas lahan yang disediakan oleh kota Kalkuta. Dengan bantuan pejabat India, ia mengubah sebuah kuil Hindu yang ditinggalkan menjadi Kalighat Home for the Dying, sebuah rumah sakit gratis untuk orang miskin. Mereka yang dibawa ke rumah tersebut menerima perhatian medis dan diberikan kesempatan untuk meninggal dalam kemuliaan, menurut ritual keyakinan mereka; Muslim membaca Al-Quran, Hindu menerima air dari sungai Gangga, dan Katolik menerima Ritus Terakhir. "Sebuah kematian yang indah," katanya, "adalah untuk orang-orang yang hidup seperti binatang, mati seperti malaikat - dicintai dan diinginkan."

Tidak ada komentar:
Posting Komentar